CERITA DEWASA ROMANTIS

Malam itu hujan turun tanpa henti. Lampu-lampu jalan memantul di aspal basah, menciptakan kilau yang terasa sendu. Dina berdiri di balik kaca jendela kamar kosnya, memandangi hujan sambil memeluk secangkir kopi hangat. Sudah dua tahun ia menahan perasaan yang tak pernah benar-benar pergi.

Tak lama kemudian, ponselnya bergetar.

“Aku di bawah,” pesan singkat itu membuat jantungnya berdegup kuat.

Raka. Nama itu selalu membawa gelombang perasaan yang sulit ia kendalikan. Dulu mereka pernah sangat dekat, terlalu dekat untuk sekadar teman. Namun keadaan memaksa mereka berpisah tanpa penjelasan yang utuh.

Dengan langkah ragu, Dina turun ke teras. Di bawah hujan, Raka berdiri basah kuyup, matanya menatap penuh kerinduan yang selama ini tertahan. Hening terasa panjang, hingga akhirnya Raka bicara pelan.

“Aku tidak pernah benar-benar pergi dari hatimu, kan?”

Dina terdiam. Hujan menyamarkan getar napasnya. Ia tahu pertemuan ini salah, tapi juga terasa begitu benar di hatinya.

Mereka berjalan menyusuri jalan kecil di antara genangan air. Tanpa sentuhan berlebihan, tanpa janji yang berlebihan, hanya dua hati dewasa yang sama-sama menyimpan luka lama dan rindu yang belum sembuh.

Di bawah atap halte tua, Raka akhirnya berkata,
“Aku tidak mau lagi kabur dari perasaanku.”

Dina menatapnya dalam. Ada ketakutan, ada harapan, ada cinta yang kembali tumbuh di antara keduanya. Malam itu bukan tentang pelampiasan, melainkan tentang keberanian untuk jujur pada hati sendiri.

Dan hujan pun menjadi saksi, bahwa cinta dewasa tak selalu tentang hasrat, melainkan tentang keberanian untuk menerima luka dan rindu sekaligus.

Tinggalkan komentar